GARA-GARA ANGKOT
"Fyuh, cape nyaaaaa ya
ampun", gumam Riri dalam hati. Seharian ini, Riri banyak sekali pekerjaan.
Pagi-pagi sudah harus meeting, siangnya ketemu klien dari luar kota, lalu
sorenya mengerjakan laporan. Namun Riri selalu tepat waktu dalam mengerjakan
tugasnya, sehingga pada pukul 5 sore, pekerjaannya sudah selesai semua, dan
waktunya Riri pulang, tapi sepertinya ia akan mampir dulu ke tempat makan.
Melepas lelah sejenak sambil makan dan ngopi sendiri. Yap sendirian! Riri
bukannya nggak punya teman. Teman-temannya banyak, namun hampir semua sudah
berkeluarga. Hanya Riri yang belum. Kalau mau ajak mereka pasti nolak karena
repot dengan anak. Sedangkan mau ajak teman kantor, nggak mungkin. Karena
mayoritas bapak-bapak. Tau kan kalau bapak-bapak dibawa hangout lalu mereka
ngejokes? Suka garing! Makanya, nggak mungkin kan Riri bawa. Nanti dikira
orang, Riri pengasuh lansia di panti jompo. Haha. Lagian, Riri itu memang suka
menyendiri. Buat dia, ketenangan itu nomor satu. Makanya, hidupnya nggak pernah
ada drama. Drama itu buat dia melelahkan. Apalagi soal percintaan. Capek !
Mending disuruh ngerjain urusan kantor 2 hari 2 malam, daripada ngurusin tektek
bengek soal percintaan.
Tapi walaupun begitu, Riri pernah juga kok terjebak dalam drama percintaan dengan seseorang. Drama nya 'njelimet' banget. Bikin Riri nggak nafsu makan seminggu. Mamanya sampe bingung. Ini anak lagi diet atau patah hati. Masa udah ideal gitu masih mau diet. Nggak biasanya. Makanya, kalau nafsu makan dia hilang. Itu tanda nya masalah nya cukup berat. Tapi terkadang orang-orang terdekatnya nggak bisa bedain kalau Riri diet atau patah hati. Soalnya, Riri nggak pernah terus terang. Mau nya terang terus. Kayak lampu. Jadi orang-orang sekitarnya mana tahu apa yang Riri rasain. Kecuali Mamanya.
By the way, cowok yang udah bikin 'drama njelimet' dalam hidup Riri itu, namanya Fransenda. Usia nya nggak beda jauh dengan Riri, sekitar 1 tahun lebih tua. Cowok berzodiak Leo ini adalah tipe cowok kesukaan Riri dari segi penampilan makanya pas pandangan pertama, Riri langsung suka. Pertemuan pertama mereka, sekitar 12 tahun yang lalu. Ketika itu, Frans masih mahasiswa. Mahasiswa baru, yang datang dari Medan untuk kuliah di Bandung. Riri sih nggak akrab-akrab amat sama Frans. Cuma sering saling lirik-lirikan dari atas jendela kost'an Frans saat Frans main gitar. Nggak tau deh, doi beneran bisa main gitar atau cuma akting doang biar keren. Cowok itu kalau lagi main gitar sambil nyanyi, terus suara nya bagus, pesona nya bisa naik 50% di mata cewek. Jangan bandingin sama pengamen jalanan yang nyanyi sambil teriak-teriak yah. Jangan! Beda!
Anehnya, saat mereka masih tinggal deketan, mereka nggak pernah sapaan atau ngobrol, tapi setelah Frans pindah kost yang lebih deket kampusnya, mereka malah jadi sering kontak-kontak'an. Awalnya Frans yang duluan sms Riri. Terus lanjut telepon-teleponan. Teleponan berjam-jam sampe kuping panas. Sampe nggak tau lagi apa yang mau diobrolin. Makanya kalau ada cewek yang pamer di twitter habis ditelepon berjam-jam sama pacar, Riri sih nggak nyinyir. Biarin deh. Namanya anak muda. Dia juga dulu begitu.
Akhirnya setelah upaya pendekatan dari Frans ke Riri. Mereka pun lanjut kencan ala anak muda. Ya kayak nonton, makan, dan jalan-jalan sambil pegangan tangan kayak orang mau nyebrang. Tapi, ada tapinya nih. Mereka nggak jadian. Gitu aja udah. Istilah anak jaman sekarang itu FWB alias Friends With Benefit. Semacam Teman Tapi Mesra lah kalau kata anak lama mah. Buat Riri, hubungan kayak gini asik-asik aja, soalnya Riri nggak punya tujuan pacaran karena sibuk sekolah, menjelang kelulusan Riri harus bener- bener fokus. Riri termasuk ambisius kalau urusan pendidikan. Jadi kalau ada sesuatu hal yang mengganggu urusan prioritasnya, dia nggak suka. Hubungan FWB mereka nggak terlalu lama. Hanya sekitar setengah tahun. Di bulan ke 6, Frans sms Riri. Isinya ngajak udahan. Awalnya sih pake kata-kata manis kayak "hidupku indah bareng sama kamu, aku gakkan lupain itu… bla bla bla". Lalu di akhir kalimat bunyinya "kita gabisa barengan lagi". Semacam surat PHK aja gitu isinya. Udah maceman kayak HRD deh si Frans. Sesaat setelah Riri baca sms, cukup bikin dia kaget. Rasanya nggak ada angin, nggak ada hujan, tiba-tiba kena petir di sore bolong. Begitulah kira-kira perasaan Riri. Tapi karena itu udah jadi keputusan Frans, Riri pun mengiyakan.
5 tahun kemudian, Riri dan Frans bertemu kembali di dunia maya. Bukan dunia lain ya. Jadi horor ceritanya nanti. Saat Riri lagi asik ngetawain status-status temen nya yang konyol-konyol (siapa sih yang nggak bikin status konyol pas FB lagi booming! Pasti pada pernah kan? Hayo ngaku! Haha). Frans tiba-tiba nge-chat dan menanyakan kabar Riri. Riri yang waktu itu baru aja putus, jadi rada sumringah sehabis dichat sama Frans. Karena jujur aja, Riri memang kangen sama Frans, walau dulu pernah ditinggalin, tapi ada sensasi tersendiri saat tiba-tiba dichat sama cowok yang berkesan buat hidupnya itu. Sensasinya kayak lagi makan duren. Duri nya tajam, tapi isinya manis. Gimana dong?! Yah dasar cinta-cinta!
Seiring waktu, mereka jadi sering chat, tukeran nomor dan akhirnya ketemuan. Nggak ada yang berubah dari Frans, dia tetep charming dan seru. Walau Frans nggak humoris dan kebanyakan Riri yang ngebanyol, tapi Riri seneng kalau Frans suka sama jokes nya. Lalu sejak saat itu, mereka kembali lagi ke hubungan tanpa status. Kadang nggak paham deh. Apa sih maunya mereka tuh. Bikin saya yang nulis ini jadi gemes. Kok nggak jadian-jadian sih! Huft ! Oke balik lagi. Hingga suatu saat. Terjadilah pertengkaran pertama mereka.
Riri : "Kita tuh nggak pacaran, kenapa sih kamu protektif banget ?".
Frans : "Emang kamu nggak suka aku protektif sama
kamu?".
Riri : "Bukan nggak suka, cuma kita kan nggak ada
hubungan pacaran. Ngapain kayak gitu. Aku nggak boleh pergi ama temen. Kenapa
coba?"
Frans : "Brarti harus ada hubungan, kalau ngelarang?
Nggak cukup kita selama ini?"
Riri : "Ya bukan gitu maksudnya, kamu nggak harus
kayak gitu, lagian sejak kapan sih, aku jadi orang yang 'liar'? Yang jalan
kemana aja sama siapa aja ! Km tau aku gimana kan?"
Frans : "Tapi aku nggak suka, km akrab sama cowok itu,
siapa sih yg katanya sahabat km itu!".
Riri : "Oooohh si Dika? Km cemburu sama dia?
Hahahahhaha".
Frans : *cemberut*
Riri : "Jangan mesem gitu ah. Jelek amat.
Hahahaha."
Frans : "………"
Riri : " Tuh mulai diem. Yaudah."
Frans yang lagi cemburu berat lalu dibecandain kayak gitu, ya jelas keki lah. Jiwa singa nya meronta-ronta. Merasa disepelein sama si kambing Riri. Sejak itu, Frans jadi ngediemin Riri. Riri yang sama-sama keki. Jadi ikutan diem juga. Lagi makan bareng juga tetep diem-diem'an. Yang satu main hape. Yang satu lagi nyeruput cola sambil nontonin semut gelut. Kasian bener. Begitulah Leo dan Capricorn kalau disatuin. Nggak ada yang mau ngalah.
Frans itu kalau udah sayang sama cewek jadi super protektif, berasa cewek itu milik dia. Tipikal cowok Leo banget. Sedangkan Riri anaknya cuek. Makanya Riri bilang kayak gitu tanpa rasa bersalah. Ketika Frans udah nyampein isi hatinya, Riri malah ketawa. Padahal maksudnya sih, Riri cuma nggak pengen berantem aja. Eh Frans nya kadung keki duluan. Sebenernya Riri sih nggak keberatan kalau Frans protektif sama dia. Lagian Riri ini bukan tipe cewek yang suka berpetualang sana sini dan suka kebebasan. Riri is not a Sagitarian. Walau ada elemen Sagitarius dalam dirinya (karena moon sign nya adalah Sagitarius). Namun, menurut Riri, dia masih punya batasan layaknya cewek Capricorn yang idealis dan disiplin.
Sejak acara keki-keki'an itu. Riri dan Frans masih nggak
mau saling maaf'an. Mungkin karena bukan momen Lebaran juga, jadi tambahlah
nggak mau saling maaf'an. Terus lama kelamaan, gengsi nya mereka jadi
menggunung. Tingginya gunung Kilimanjaro aja, kalah deh sama gengsi nya mereka.
Riri dan Frans pun akhirnya berpisah untuk yang kedua kalinya. Karena mereka
sama-sama nggak mau mengalah, akhirnya jadi semakin menjauh dan menghilang satu
sama lain. Ini hubungan apa acara sulap sih ? Lama-lama saya jadi ikutan keki
sama hubungan mereka. Haduh.
Sekarang, balik lagi ke acara sore nya Riri yang tadinya bakal penuh damai dan tentram. Eh tiba-tiba drama yang selalu Riri hindari, mendatanginya kembali. Semenjak mendaratkan pantatnya di kursi angkot lalu duduk manis, Riri merasa akan ada hal aneh yang bakalan datang padanya. Tapi buru-buru Riri tepis karena pikiran nya suka jadi kenyataan. Entah kenapa Capricorn diciptakan demikian. Apakah memang berbakat jadi cenayang atau memang alamiah nya seperti itu. Makanya Riri suka nggak mau ambil pusing, lebih baik Riri alihkan pikiran ke hal lain. "Dengerin musik oke kayaknya", gumam Riri dalam hati. Lalu Riri memasang headset dan menyalakan musik dari handphonenya. Buat Riri, mendengarkan musik sambil menikmati perjalanan ibarat sedang menjadi aktris utama sebuah film. Berasa ada soundtracknya gitu.
Ketika sedang asyik mendengarkan "If You" nya Big Bang. Riri melihat sosok yang ia kenal. Seorang cowok dengan perawakan tinggi, berwajah manis, dan bermata sayu seperti orang mengantuk, persis sekali dengan SeungRi Big Bang. Cowok itu membuka pintu angkot depan lalu mendarat duduk dengan santai. Riri pun bergumam "Jangan-jangan dia !". "Siapa mbak? Kenal?", tanya mas-mas disamping Riri. "Hehehe nggak mas", jawab Riri sambil cengengesan. Apa sih mas-mas ini, tiba-tiba nyambung aja kayak kabel PLN. Hihihi. Karena mendengar suara Riri, lelaki itu pun menoleh ke belakang dan menyapa Riri sambil tersenyum manis. Ia pun berkata, "Hai Riri, eh sini pindah ke depan!Ngobrol yuk!Bentar mang jangan jalan dulu". Riri pun menjawab, "Bentar lagi turun, nanti lagi aja hehe". "Udah ini teh? Nggak jadi?", tanya mang supir. "Nya teu jadi punten mang, engke da abdi bade lungsur sakedap deui", jawab Riri (*Iya nggak jadi mang, nanti saya turun sebentar lagi). Sesaat kemudian waktunya Riri turun. Cowok itu pun ikut turun bersama Riri.
Riri : "Frans, kenapa ikut turun?"
Frans : "Ya pengen aja, nggak boleh ya?"
Riri : "Bukan gitu, kamu bukannya mau pulang
kan?"
Frans : "Iya tapi santai aja sih! Kamu mau
kemana?"
Riri : "Mau makan, ikut?"
Frans : "Ikut"
Riri masih terkejut akan pertemuannya dengan Frans. Terakhir bertemu, hubungan mereka tidak terlalu baik. Namun, begitu melihat raut muka Frans sepertinya ia ceria-ceria saja. Seperti tak pernah ada apa-apa. "Apa ya yang ada dipikiran nya?", gumam Riri dalam hati.
Mereka pun lanjut mengobrol seakan baru kemarin mereka
bertemu. Padahal menurut pikiran Riri, jurang diantara mereka begitu besar,
dikarenakan masalah dahulu yang belum terselesaikan. Rasanya Riri ingin
bertanya, tapi jika ia bertanya, mungkin akan terasa canggung dan suasana akan
berubah menjadi mendung. Tapi mendung kan bukan berarti hujan juga. Mungkin
saat waktunya tepat, Riri akan tanyakan lagi dan berusaha meminta maaf atas
kejadian 3 tahun yang lalu.
Frans : "Ri, kita ini 3 tahun ya nggak ketemu? Lama juga! Kamu masih kerja di tempat yg itu?"
Riri : "Oh udah nggak, sekarang di kantor baru. "
Frans : "Oh gitu, syukur deh! Oh iya instagram kamu
ada ? Aku follow ya"
Riri : "Oh boleh"
Setelah selesai makan, waktunya Riri untuk pulang. Sesampainya dirumah, Riri masih nggak percaya telah bertemu dengan Frans lagi setelah sekian lama. Gara-gara naik angkot ke Resto Seafood. Coba kalau Riri nggak pergi makan. Mungkin nggak akan ketemu sama Frans. Lalu saking bingung nya, Riri bertanya dalam hati, kenapa mereka dipertemukan kembali. Sekian lama Riri nggak menjalin hubungan dengan lelaki manapun, dan berharap bakal ada lelaki baru yang datang kepadanya. Tiap hari, Riri berdoa supaya ada cowok macam Choi Seung Hyun datang padanya. Eh malah Seungri yang datang. Mantan bukan, bekas gebetan bukan, yah bekas FWB lebih tepatnya. Ada apa yah ini. "Apa karena ada masalah yang belum selesai, makanya Allah membuat kita bertemu kembali? Mungkin itu kali ya?", pikir Riri.
Keesokan harinya, hari berjalan seperti biasa. Tanpa
diduga, Frans menghubunginya kembali. Mengajak Riri pergi bersama. Riri pun
mengiyakan. Riri nggak mengganggap ini sebuah kencan, sehingga Riri nggak ada
ekspektasi apa-apa pada pertemuannya dengan Frans kali ini. Saat mereka
bertemu, selayaknya teman dekat mereka pun mengobrol dengan akrab. Frans memang
seperti itu, selalu sefrekuensi dengan Riri. Kadang terlintas di pikiran Riri,
"Apakah aku akan bertemu dengan laki-laki seperti Frans? Sepertinya, aku
kelamaan jomblo karena berharap laki-laki seperti Frans. Wah ini nggak boleh
dibiarin! Aku harus cepet punya pacar!"
Setelah pertemuan terakhir mereka. Tetap nggak ada yang berubah. Hubungan mereka masih tetap seperti dulu. Seperti mogok di tengah jalan. Malah kali ini agak lumayan lebih drama di banding dulu. Frans sekarang bersikap seperti angin. Bukan masuk angin ya. Bahasa slenge'annya, angin-anginan. Terkadang 3 hari menghilang, tiba-tiba menghubungi lagi. Besok ngajak jalan, tiba-tiba batal. Terus tiba-tiba jemput sepulang dari kantor. Besoknya hilang lagi nggak ada kabar. Pokoknya serba tiba-tiba. Bikin bingung. Maunya apa sih. "Apa sekarang Frans lagi main layangan gitu? Hobi banget tarik ulur. Apa yang terjadi ya selama 3 tahun ke belakang?", pikir Riri. Namun Riri nggak bergeming. Riri mengikuti semua yang dilakukan Frans padanya. Mencoba menunggu dengan sabar. Sambil mencari jawaban, tentang maksud hati dari Frans.
Ketika bertemu dengan Frans, Frans seolah nggak salah. Ia bersikap layaknya Frans yang ia kenal. Dengan segala pesona dan kecerdasannya. Frans tetap mampu meluluhkan hati Riri. Riri menyukai Frans. Banyak rasa yang dimiliki Riri terhadap Frans. Frans tau itu. Namun, Riri harus realistis terhadap keadaan ini. Mereka manusia dewasa sekarang. Sudah bukan ABG lagi ketika mereka pertama bertemu. Riri nggak boleh berlama-lama menetap dalam ketidakpastian.
Suatu hari, Riri dan Mama nya pergi bersama. Riri sudah lama nggak pergi bersama Mamanya. Sudah lama pula Riri nggak pernah bertukar cerita dengan Mamanya. Hingga suatu ketika, saat sedang makan di resto favorit mereka, Mamanya bertanya.
Mama : "Ri, kamu lagi deket sama siapa sekarang? Kata
Teteh, kamu komunikasi lagi sama Frans ?"
Riri : "Iya Ma, Teteh bilang ke Mama? Bilang apa si
Teteh? Tapi aku nggak deket kayak dulu. Lagian jarang-jarang kok itu
juga!"
Mama : "Kenapa?Kok bisa gitu?"
Riri : "Nggak tau, ada yang beda dari Frans. Kayak
tarik ulur gitu. Nggak tau masalahnya apa."
Mama : "Udah kamu tanya?"
Riri : "Nggak lah ngapain nanya. Ntar juga ngomong
sendiri"
Mama : "Nah itu tuh kamu suka gitu."
Riri : "Suka gitu gimana?"
Mama : "Kamu tuh suka membiarkan orang lain penasaran,
membiarkan diri sendiri digantung saking gengsinya kamu nanya. Kamu takut sama
jawabannya? Belum apa-apa udah takut. Payah nih! Hahha"
Riri : "Mama tau kan aku sama Frans itu gimana, lagian
ngapain juga mesti ditanyain. Toh ujungnya Mama udah tau kan seperti apa."
Mama : "Maka dari itu, mending diomongin. Kamu nggak
tau kan yg ada di hati dia gimana. Dan dia juga nggak tau kan yg ada di hati
kamu apa. Apa kamu nggak pernah nyadar. Kenapa Allah pertemukan kalian lagi?
Mungkin ada hal yang harus kalian beresin. Sok atuh mulai dari sekarang.
Kebiasaan kamu mah selalu membiarkan orang lain salah paham sama kelakuan
kamu"
Riri : "Aku gitu ya Ma?"
Mama : "Yahhh malah nanya kamu mah! Hahahha"
Riri : "………."
Mama : "Terbuka ya Nak. Terbuka itu nggak selalu buruk
kok. Terbuka nggak menjadikan kamu lemah. Apalagi di hadapan orang yg kita
sayang. Nggak akan sayang. Nggak perlu khawatir."
Riri : "……….."
Perkataan Mama jadi cambuk buat Riri. Riri itu tipikal orang yang nggak suka jika terlihat lemah di hadapan orang lain. Makanya Riri selalu menjadi orang yang tertutup dengan perasaannya sendiri. Kemudian Riri bertemu dengan Frans yang blak-blakan dan periang. Kepribadian mereka sangat bertolak belakang. Walaupun begitu, Frans mampu membuat Riri menjadi orang yang cerewet ketika membicarakan topik pembicaraan yang mereka sukai. Untuk masalah perasaan pribadi, Riri memang nggak pernah menceritakan pada Frans. Riri cenderung diam dan berpikir sendiri jika ada masalah. Malah Riri sering menyalahkan diri sendiri ketika semua berantakan. Seperti saat Frans menghilang untuk yang kedua kalinya. Riri kerap kali menyalahkan dirinya sendiri yang tidak memberikan kebahagiaan untuknya. Ya begitulah Riri. Ciri khas seorang wanita Capricorn.
*2 tahun kemudian*
"Ri, besok pesenin kue buat acara hari Rabu ya?", tanya Mama. "Iya Ma, nanti Riri kesana setelah pulang kerja", jawab Riri. "Awas jangan lupa loh Ri. Besok kan setelah magrib, rombongan keluarganya Danu datang", ucap Mama.
Hari Rabu, tanggal 20 Agustus, Riri Deswita Kurniati akan
melangsungkan pertunangan dengan lelaki bernama Danu Triandi Sarip. Riri masih
nggak menyangka akan segera menikah dengan Danu. Cowok yang dipacarinya selama
2 tahun. Nggak banyak yang berubah dari Riri. Masih tetap keras kepala dan
mandiri. Sehingga ia menyiapkan persiapan pertunangan sendiri tanpa bantuan
siapapun. Mungkin Riri pikir, acara nya juga nggak mewah, hanya kumpul keluarga
di rumah. Jadi nggak usah beli-beli printilan yang nggak penting.
*bunyi handphone*
Riri : "Halo yank!"
Danu : "Yank dimana ? Tar malam danu kerumah"
Riri : "Ya, ini mau pulang kerja bentar lagi."
Danu : "Oh yaudah makan bakmi dulu yu"
Riri : "Asik. Hayuuuuk"
Danu : "Ketemu disana aja ya?"
Riri : "Ya yank"
Riri sudah lama mengenal Danu. Danu adalah teman satu
pekerjaan dengan Riri. Namun, Danu pindah ke divisi lain karena naik jabatan.
Sehingga Riri dan Danu nggak satu lokasi lagi. Walaupun begitu, entah mungkin
karena jodoh, tiba-tiba mereka bertemu lagi dalam satu pekerjaan yang sama dan
mengharuskan untuk berkomunikasi satu sama lain.
Riri pun nggak menyangka bisa dekat dengan Danu. Danu yang dingin dan cenderung pasif khas lelaki Virgo, mempunyai daya tarik bagi Riri. Danu nggak se-ekspresif Frans dalam berkata-kata. Namun Danu orang yang sangat tegas dan to the point. Itulah alasan Riri meyakinkan diri menjadi istri Danu.
Hmmmm... Frans. "Apa kabarnya ya dia?", tanya
Riri dalam hati. Terakhir Riri bertemu dengannya sekitar 2 tahun yang lalu.
Frans mengajak Riri menonton sebuah film di bioskop ternama di kota Bandung.
Sehabis menonton, Frans mengajak Riri makan sambil membicarakan film yang baru
saja mereka tonton.
Frans : "Ri kita terakhir nonton itu pas kencan
pertama kita tanggal 21 Oktober itu ya?"
Riri : "Hagh? Kamu masih inget?"
Frans : "Yah Riri, kamu mah !aku mah inget semua
tanggal kita jalan loh"
Riri : "Terus? Masa ?"
Frans : "Iya beneran, sama apa yg kamu celotehin juga
aku inget!"
Riri : "Masa sih, aku mah udah lupa lagi haha"
Frans : "Aku inget semua Ri. Selalu inget!"
Riri : "………"
Frans : "Aku juga inget pas kita pulang malem2 terus
kamu dimarahin mama karena kemaleman. Hahaha. Kamu sampai nggak boleh
pulang."
Riri : "……."
Frans : "Aku ngerasa bersalah banget sama kamu,
besoknya aku sms kamu, terus aku bilang kalau hidup aku indah bareng kamu. Tapi
aku nggak bisa bareng sama kamu lagi. Kamu inget kan,sms aku waktu itu?"
Riri : "Iya inget ! Aku galau hahahah. Tapi nggak lama
sih. Aku cepet move on nya !"
Frans : "Hebat kamu Ri..!"
Riri : "…….."
Frans : "Aku juga inget pas pertama kali aku ngajak
kamu jadian"
Riri : "Kapan kamu ngomong gitu?"
Frans : "Tuh kan kamu itu! Pasti nggak ngeh yang aku
omongin. Kamu selalu kayak gitu. Kamu itu orang yang sangat fokus. Tapi nggak
pernah peka"
Riri : "…………"
Frans : "Coba jawab Ri, sekali aja kamu pernah nggak
dengerin aku?"
Riri : "…………"
Frans : "Nggak kan ? Makanya pas kamu nanya soal kita
kan nggak ada hubungan apa-apa, aku keki banget sama kamu Ri. Udah mah kamu
olok-olok karena cemburu ama Dika. Tambah bete lah aku Ri."
Riri : "Terus kenapa kamu ngilang? Malah jauhin
aku"
Frans : "Ya aku nunggu kamu yang datang ke aku, minta
aku buat baikan sama kamu. Kan kamu yang buat aku begitu sama kamu. Tapi kamu
nggak pernah datang! Coba aku tanya sama kamu Ri. Kenapa? Kenapa km nggak
pernah datang ke aku?"
Riri : "…………"
Frans : "Aku sayang kamu Ri. Selalu selama 12 tahun
ini aku selalu sayang kamu."
Riri : "Aku juga..tapi…"
Frans : "Tapi apa Ri? Coba bilang ke aku"
Riri : "Pas kamu bilang soal kamu nembak aku. Aku
sekarang ingat momen itu. Aku sengaja lupain itu. Aku takut Frans. Takut
banget. "
Frans : "Takut kenapa?"
Riri : "Aku takut punya perasaan mendalam ke kamu,
sehingga kita nggak bisa pisah"
Frans : "Kamu takut jatuh cinta ke aku?"
Riri : "Iya. Aku takut. Karena kita beda Frans."
Frans : "…….."
Riri : "Kita beda agama, Frans. Kamu tau itu
kan?"
Frans : "……."
Riri : "Apa nanti kata orang tua kamu tentang kita?
Atau orang tua aku? Pasti nggak akan setuju.
Terus mama dan papa ku. Aku pikirin itu semua."
Frans : "Orang lain bisa kok.. Kenapa kita
nggak?"
Riri : "Orang lain Frans.. Bukan aku. Maaf. Aku
mencoba realistis Frans. Karena hidup kita bukan satu atau dua tahun.
Perjalanan kita masih panjang. Aku ingin menjalankan hidupku dengan tentram
bersama pasanganku nanti."
Frans : "Ya ya ya..Aku paham Ri"
Riri : "Kalau waktu itu aku bilang ke kamu, rasanya
terlalu frontal. Kesan nya kok aku kepedean bakal nikah sama kamu. Padahal kan
belum tentu kita jodoh. Terus kita masih early 20. Masih terlalu panjang
mikirin soal prinsip. Aku takut kamu underestimate ama aku."
Frans : "Aku sebenernya nggak pernah mikirin sampai kesitu.
Aku nggak tau loh kalau kamu mikir sampe kesitu. Aku sih cukup bisa bareng
terus sama kamu juga udah seneng."
Riri : "Maafin aku ya Frans. Aku juga seneng kok
bareng dengan kamu, walau bukan sebagai pacar"
Frans : "Kan kamu yg nggak mau. Weee.. Btw, 12 tahun
kita kayak orang gila ya Ri.."
Riri : " Haha iya. Aku juga jomblo cukup lama. "
Frans : "Kamu segitunya banget. Cinta banget ya sama
aku Ri ? Haha"
Riri : "Ih geer ! Cuma aku belum nemu yang bikin aku
debar-debar kayak lagi sama kamu"
Frans : "Nanti pasti ketemu Ri !"
Riri : "Mudah-mudahan"
Sejak saat itu, Riri nggak pernah tau kabar dari Frans lagi. Frans hilang lagi kayak ditelan bumi. Mungkin sekarang Frans udah lega bisa paham perasaan Riri. Kalau mereka ketemu lagi di jalan atau di angkot kayak waktu itu, kayaknya bakal biasa aja. Sensasinya nggak akan seperti 2 tahun lalu saat mereka masih salah paham. Makanya Riri harus terimakasih sama angkot Kalapa Dago, kalau perlu sungkem sama mang supir karena sudah lewat ke tempat Frans biasa nyetop angkot. Kalau mereka nggak bertemu waktu itu, kayaknya perasaan Riri masih tertutup dan nggak akan selega sekarang. Kini Riri dan Frans sudah berjalan di jalan mereka masing-masing. Semua sudah jelas dan terbuka. Riri sudah mau membuka hati nya untuk bicara apa adanya terhadap Frans. Riri sudah mau mengambil resiko mengalami patah hati. Riri pun tidak lagi menyalahkan diri nya sendiri. Ini semua sudah takdir dari Nya. Sekarang, baik itu Riri atau Frans sudah sama-sama tau perasaan masing-masing, dan apa yang ada di hati terdalam mereka selama ini. Begitu banyak yang mereka korbankan. Termasuk waktu selama 12 tahun serta perasaan yang terkumpul selama kurun waktu tersebut. Frans yang menginginkan gejolak cinta meledak-ledak dari pasangannya, nggak pernah terpenuhi dari seorang Riri. Sikap Riri yang kaku dan naif, terlalu menyiksa bagi Frans. Walaupun rasa sayang mereka berdua begitu besar, semua nya tidak cukup. Ditambah perbedaan prinsip yang besar. Pada akhirnya mereka memang bukan jodoh. Riri dan Frans bertemu untuk sama-sama saling belajar. Belajar memahami dan mengerti. Belajar berubah demi mereka yang kita cintai.
Komentar